Titik Nol Lagi

Kehidupan membawaku ke sudut gelap itu lagi, duduk diantara ketakutan-ketakutanku lagi. Cerita masa lalu mungkin sudah lama terlupa, tetapi rasanya kadang mereka memicu diri untuk keluar. Aku melihat punggungmu dari belakang. Kumulai berjalan agak cepat, mengejar. Meskipun aku berteriak, kamu pura-pura tidak dengar. Cemas, gemuruh hatiku. Kemudian menjadi kelam kembali dan hampa. Perasaan itu tinggal, hingga kini. Berulang-ulang menghantui di kepala. Bukan takut lagi, tetapi dia telah pergi.

Kukira aku sudah berada pada bukit yang disinari hangatnya cahaya. Aku pikir aku sudah kembali pulang. Aku memilih tinggal sebentar, kemudian akhirnya menetap. Perasaan aman sedikit demi sedikit tumbuh menjadi pohon cantik nan rupawan. Sayangnya, pohon itu tak pernah berbuah. Aku nyaman, bersandar pada dahan dan rantingnya. Menepis lelah bersama sejuknya angin sepoi-sepoi. Pohon itu tidak lagi berbuah.

Kemarin aku memastikan sesuatu, apa detak nadinya sama denganku. Kulihat di sela-sela dahan ada lembaran putih dengan putih kuning yang lembut. Akhirnya pohon itu berbunga! Aku merasa lega sekali ia bisa percaya lagi.Lalu tiba-tiba kakiku berlari cepat kerumahmu. Tetapi kamu tak lagi disana. Kusebrangi padang rumput dan naik ke atas bukit. Kamu juga tak ada. Hanya hitam yang tertinggal, dingin dan kosong. Sama seperti awal kita berjumpa.

Kini aku mencoba memperbaiki, tidak menaruh harapan tinggi-tinggi. Menerima apa adanya kamu. Menaruh rendah segala harapan karena segala sesuatunya bisa saja terjadi di lain kesempatan. Menghilangkan keterpautan hati supaya tak lagi mencari. Aku terdiam di atas bukit, menunggu kamu pulang. Berulang dari angka nol lagi membangun ruang.


Comments

Popular Posts